.quickedit{ display:none; }
Serpihan Puzzle yang Hilang

Oleh: Nadia Ulya*



Seluit senja mulai memainkan perannya, kerudung cremku meliuk-liuk indah menirukan penari latar. Di atas jembatan, kupandangi arus air sungai nil yang mengalir teratur kehulu. Kapal-kapal berjoget gemulai terbawa irama gelombang. "Oh, sungai nil, selalu kau bawa titik-titik jenuhku bersama hanyut arusmu, seakan kau hadirkan kembali memory yang pernah kulalui bersamanya di sini. Dikolam kenangan ini, tidak akan ada detik kebersamaan yang bisa terlupakan. Tanpa hadirmu terasa sesuatu kurang lengkap, bagai potongan puzzle yang hilang" Tetes-tetes sebening kristal jatuh satu persatu dipipi dinginku diiringi tamparan lembut angin senja sore itu.

****

"Andin, dapat paket salam nich dari mas Een"

Ucapan Veni kurespon dengan cibiran plus kerjapan mata nakal.

"Ih, terima kasih kek. Berat tau bawain paket salamnya, lagian mubazir kalo nggak diterima".

"Ya udah buat elo aja. Gue iklas" Canda renyahku disambut Veni dengan cubitan kecilnya. Mas Een satpam di sekolah kami, dia belum menikah. Padahal kerut-kerut diwajahnya menandakan kalau usianya sudah cukup lanjut.

"kekantin aja yuk, lapar nich. Tadi pagi nggak sempat sarapan. " Kugamit tangan Veni menuju kantin. Di koridor sekolah, kami berpapasan dengan sepupuku Akmal. Ditangannya terlihat ada beberapa buku. Pasti mau keperpustakaan batinku.

"Mau kekantin, nich?" Sapanya ramah disertai senyum khas bertengger di bibirnya.

"Iya" Jawab kami serempak.

"Mau keperpustakaan ya, kak?" Sambut Veni sedikit genit.

"yup, mo balikin buku"

"Yuk, kita kekantin dulu kak, Andin laper banget nich" Irama cacing diperutku tidak bisa ditolerir lagi. Bergegas kutarik tangan Veni yang masih memasang tampang centilnya.

"Ntar pulangnya barang kakak yach, udah janji nemenin paman mancing hari ini"

"Sip dech, Akhi" Ujarku menirukan panggilan untuk laki-laki yang biasa dipakai teman-teman rohis kak Akmal. Sekilas dari ekor mataku kulihat kak Akmal geleng-geleng dengan senyum simpulnya.

****

Sudah hampir dua bulan lebih paman Rusli dipindah tugaskan di Riau. Paman Rusli kakak kesayangan papa semata wayang. Akmal adalah anak paman yang juga seperti anak papa menurutku. Beda usia kami hanya tiga tahun. Papa sangat sayang pada kak Akmal bahkan aku merasa kasih sayang untukku perlahan tergeser dengan hadirnya sosok Akmal. Aku Andin, anak paling macho diantara buah hati papa yang semuanya prempuan. Mungkin dikarenakan do'a-do'a papa yang menginginkan anak terakhirnya laki-laki. Namun yang lahir lagi-lagi perempuan. Entah kenapa seiring dengan berjalannya waktu, aku Andini lebih senang main dengan anak laki-laki. Boneka-boneka winnie the pooh, hello kitty enggan kusentuh, aku lebih tertarik dengan mainan mobil-mobilan, Pendekar laba-laba spidarman, perang-perangan dan mainan laki-laki yang lainnya. Lambat laun panggilan andin berganti menjadi Andi si macho.

****

Namun, rasa malu pada Allah sesungguhnya merupakn awal yang baik dalam perjalanan menuju perubahan. Masa-masa remaja SMP telah kulewati. Si macho Andin yang feminimnya hampir tertutup sifat tomboy perlahan mulai terkikis. Rambut yang dulu dipotong pendek sekarang tergerai panjang dilindungi kerudung anggun bertengger cantik di sana. Waktu itu keputusan papa yang sudah bulat dan atas dukungan mama dilengkapi persetujuan saudari-saudari cantikku tidak bisa diganggu gugat. Aku harus masuk pesantren. Kak Akmal yang sudah memasuki tahun ketiga dipesantren itu menjadi contoh konkrit yang selalu dijadikan alibi.

"Lihat kakakmu Akmal, makin sholeh saja dia"

"Rencananya setelah lulus nanti, Akmal akan ikut tes melanjutkan kuliah di Azhar Cairo loh, dek" Mbak Damai ikut ambil bagian memuji kak Akmal. Mama menambahi, mbak Hanifah membumbui, mbak Anis mengompori ditambah penyedap oleh mbak shofi, lengkap dech.

"Iya cinta-cinta adek, Andin setuju sekolah dipesantren" Kulihat sinar kebahagiaan terpancar dari mata papa, mama dan mbak-mbakku. Aku tidak punya pilihan lain kecuali menerima tawaran atau lebih tepatnya keputusan untuk melanjutkan sekolah dipesantren Raudhatul Ulum yang ada di Riau. Semoga ini keputusan yang sangat tepat bagiku. Dengan bismillah aku mulai meniti langkah baru, dan kehidupan baruku.

****

Bermula dari hal yang sederhana. Rasa sayang papa yang menurutku sangat over pada kak Akmal melahirkan inisiatif baru di buah pikirannya, perjodohan. Susunan kata yang cukup singkat, namun pada kenyataanya kalimat ini merupakan suatu yang urgen dalam titian kehidupanku. Segudang alasan mengapa dan kenapa dilontarkan papa. Rencanaku untuk melanjutkan study ke Cairo perlahan mulai goyah, butuh pertimbangan kembali. Sudah tiga tahun kak Akmal di universitas al-Azhar Cairo. Kak Akmal berniat melanjutkan program jenjang S2 di sana juga. Suasana baru dalam belajar, yang biasa diinginkan para mahasiswa di Cairo juga menjadi sebersit keinginan kak Akmal. Katanya, dengan menikah akan mendapatkan motivasi baru dalam belajar, lebih giat dan semangat bercumbu dengan para muqarrar. Juga ada tempat berbagi rasa, ada teman yang selalu mendengar dan mendampingi. Alasan yang Indah dan cukup sempurna. Tetapi kenapa harus aku, si Andin?! Waktu kulontarkan pertanyaan itu keayah. Dengan simple ayah menjawab, karena diantrara kami berdua ada kesamaan prinsip yang bagus. Sayang kalau hilang begitu saja. Mulutku sedikit membulat, keningku ikut terangkat mendengar penuturan ayah. Dengan senyum simpul ayah mengacak-acak rambutku.

"Insyaallah semua ini demi kebaikkan Andini dan Akmal, ayah yakin kalian adalah pasangan yang pas dan cocok"

"Din, dipikirkan lagi yang mateng, analisa dan serapi" Mbak Shafi kakak pertamaku yang sudah dikaruniai dua putra ikut memberikan saran.

"Itikharah solusi terbaik, insyaallah semuanya akan mengalir dengan tepat, nak"

****

Setelah pernikahan kudapati kejanggalan dalam diri kak Akmal. Ada kebiasaan barunya yang membuatku sesak. Kebiasaan buruk yang menyakitkan. Satu hari bisa dua bungkus rokok cleopatra dihisap. Kebiasaan yang tidak pernah dilakukan kak Akmal yang kukenal dulu. Saat aku tanya, jawabannya cukup masuk akal, musim di Cairo yang merubahnya, mencetakknya seperti ini adanya. Hawa dingin Cairo dijadikan target alasan untuk mengkonsumsi barang tersebut. Aku sesak dan benci dengan bau asap itu, bahkan sangat muak melihat liukkan asapnya. Aku berusaha keras menghilangkan kebiasaan buruk kak Akmal. Dengan penuh perjuangan dan kadar kesabaran yang kumiliki. Perlahan barang itu mulai tak terlihat bertahta dibibirnya yang mulai menghitam.

****

Namun Sang arsitek alam berkehendak lain, rokok yang biasa dikonsumsi kak Akmal, perlahan menjadikan paru-parunya keropos dan rapuh. bibit penyakit paru-paru yang diidap kak akmal kian buas dan merajalela. Menggerogoti sedikit demi sedikit kesehatan kak Akmal. Sesuatu yang kutakuti dan tidak diharapkanpun terjadi. Kak Akmal terserang penyakit penyumbatan paru-paru, menyebabkan pernapasan sesak dan sempit. Suara batuk berat tak asing lagi terdengar, seakan menyayat hatiku.

Sang penguasa makhluk maha penentu. Kita hanya pelakon, semua skenario adalah kebijakan sang Maha kuasa. Kondisi kesehatan kak Akmal kian memburuk. Stamina tubuhnya kian lemah dan sayu. Dua hari dirumah sakit kak Akmal menutup mata untuk selama-lamanya. Meninggalkanku dan Rifki buah hati kami bersama semua cerita ditepian sungai nil, semua rasa dan asa, semua kenangan di negeri Kinanah ini.

****

"Ass mamaku, apakabarnya?"

"Alhamdulillah mama sehat. Gimana kabarmu sayang?"

"Mmm, lagi meriang nich, ma"

"Aduh, meriang? Sudah minum obat? Sudah berapa lama? Kesehatannya dijaga nak!" Aku panik menerima kabar tersebut.

Di seberang, ditepian sungai nil terlihat sosok tinggi tegap itu tersenyum gagah. Rambut ikalnya berayun indah ditampar desiran angin.

"Ah mama, meriang itu artinya merindu kasih sayang, Fikri kangen mama, rindu belaian mama" Oh, aku tersenyum lega mendengar penuturannya.

"Mohon do'a, dan keikhlasannya ma, dua bulan lagi Fik, sudah mulai imtihan akhir tahun"

"Ya nak, do'a-do'a mama selalu menyertaimu. Cepat pulang ya nak!"

"Ok, Fik sayang mama. Sudah dulu ma, Ass.."

"Ya sayang. Jaga diri baik-baik. Was.." Diseberang terdengar suara telpon ditutup. Fikri melangkahkan kakinya meninggalkan tepian sungai nil, tempat menghilangkan penat dan letihnya. Ketika menyebrang jalan, sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan tinggi menambrak tanpa ampun sosok gagah itu.

Rumah sakit Cleopatra

Jasad lemah, pucat tak bertenaga terbaring tanpa nyawa. Disekelilingnya semua mata merah meneteskan butiran bening air mata. Presiden PPMI Muhammad Zakiyul Fikri seorang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ushuludin jurusan filsafah kembali kepangkuan sang Ilahi untuk selama-lamanya. Meninggalkan sosok yang kini sepi tanpa suami dan anak. Sang ibu yang selalu menanti untuk mencurahkan kasih dan belaiannya. Jejak-jajak lukapun kembali terasa berdarah.

****

Kuclik turn off laptopku. Kugerakkan semua persendian yang terasa sedikit tegang. Kuhirup Syai yang sudah agak dingin. Tak lupa kucomot sosis yang sempat kubeli di depan asrama. Jam casio dipergelanganku sudah menunjukkan pukul 00:45 malam. Tidak terasa 3 jam sudah aku berkutat di depan layar laptopku. Mengejar tugas menulis rubrik sastra buat majalah suara PPMI, yang deadline besok pagi. Ah, akhirnya selesai juga cerpenku. Terbayang di benakku senyum senang sang pimpinan redaksi, karena tulisan yang masuk pas deadline yang ditentukkan. Kubaringkan tubuhku. Teman sekamarku sudah terlelap dialam mimpi. Tiba-tiba aku membayangkan seandainya cerpen yang kutulis merupakan cerita hidupku, kenyataan yang aku alami, aku bergidik. Bergegas kuambil hp, kulayangkan sms manis untuk isteri dan anakku tercinta di tanah air...

Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar

  • Translate Language

    English French German Spain Italian Dutch

    Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

    Sekilas Tentang PAPYRUS

    Lingkaran Sastra Papyrus satu-satunya lembaga kajian yang berada di bawah naungan Majelis Seni Budaya dan Olah Raga Pimpinan Cabang Istimewa Muhamadiyah Kairo dari periode 2006-2009 sampai sekarang. Di usianya yang sangat relatif muda, Lingkaran Sastra Papyrus senantisa mencoba dan mencoba untuk berusaha memperbaharui serta memperbaiki kreativitas berkarya yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarga guna mencapai titik tertinggi kesuksesan berkreasi dan berkarya.

    Kolom Papyrus

    Jejak Pengunjung


    ShoutMix chat widget